Inilah Musisi Sukses Lewat Dakwah

Hidup menjadi seorang musisi tenar, boleh jadi impian setiap orang. Di atas panggung, mereka disanjung. Di luar panggung, mereka pun tetap dipandang.

Materi dan harta bagi mereka bukanlah suatu hal yang sulit. Tidak hanya materi, perhatian dari lawan jenis pun selalu tertuju kepada mereka. Namun tidak semua musisi merasa nyaman dengan keadaan yang mereka jalani dalam industri musik selama bertahun-tahun tersebut.

Sebagian dari mereka malah memilih untuk tetap berkarya di jalur musik dengan membawakan lagu-lagu yang berbau religius. Sebut saja Opick, Sakti eks-Sheila on7 atau di luar sana ada Cat Stevens yang lebih dikenal dengan nama mualafnya, Yusuf Islam.

Penyanyi yang bernama asli Aunur Rofiq Lil Firdaus atau yang kita kenal sekarang dengan nama Opick adalah pelantun lagu-lagu rohani islami, nasyid. Sebelumnya hampir tidak ada yang tahu siapa dia. Lima belas tahun yang lalu, sesungguhnya dia mulai memiliki sejarah, tapi nyaris tak tercatat.

Mungkin akan sedikit terkejut, ketika mengetahui bahwa Opick sesungguhnya telah memiliki delapan album rekaman. Enam di antaranya ternyata, beraliran rock cadas, dan sejak awal diedarkan tidak diterima oleh publik.

Bahkan album rekaman pertamanya, karena mengusung tema sosial yang terlalu keras dan frontal, sempat dicekal. Saat itu rambut Opick terurai panjang, lalu setiap tahunnya ia berubah mengikuti tren yang sedang berlangsung di dunia musik anak muda pada waktu itu.

Dampak dari kesuksesan penjualan album religi Opick di antaranya, perekonomian keluarga semakin mapan. Opick kini sudah punya rumah, mobil, studio, dan lain-lain.

Betapa sulitnya melepaskan ketenaran ketika berada di puncak popularitas. Namun hal itulah yang di alami oleh Sakti eks-gitaris Sheila On7.

Secara tiba-tiba ia memutuskan berhenti dari Sheila On7, setelah masuk Jama'ah Tabligh yaitu sebuah Jama’ah Dakwah yang mengajarkan kezuhudan (mengacuhkan godaan kenikmatan dunia untuk meraih kenikmatan akhirat yang lebih abadi). Ia berubah total setelah mencari cahaya spiritual di Pakistan. Tak hanya perilaku, tapi juga penampilan luarnya.

"Seperti inilah semestinya seorang Muslim berpenampilan. Mengikuti sunnah Nabi Muhammad Shollallahu 'alaihi wassalam," ungkap Sakti ketika ditanya mengenai penampilan terbarunya.

Kini Sakti muncul kembali ke kancah musik Tanah Air dengan meluncurkan album religi terbarunya. Ia pun mengganti namanya menjadi Salman Al Jugjawy.

Album Sakti yang baru ini merupakan sebuah pilihan untuk menghadapi ketidakpastian manusia dalam menggapai sebuah kehidupan. Dikatakan, tidak ada yang pernah siap untuk menghadapi ketidakpastian, demikian menurut Anton Kurniawan, sang manajer Salman Al-Jugjawy.

Pada akhirnya, upaya mencari rasa aman dilakukan. Maka salah satu pilihan yang tepat adalah kembali ke Jalan Tuhan. Pilihan inilah yang ditawarkan oleh Salman Al-Jugjawy dalam album religi. Mulai dari tema yang sangat pribadi, seperti hubungan antara manusia dan Sang Pencipta-Nya, hingga doa keselamatan bangsa.

Lepas dari semuanya itu, dari sejumlah lagu yang ditawarkan memang cukup bagus dan menyentuh bagi yang mendengarkannya. Terutama lagu yang berjudul 'Batu Bersurat' dan 'Selamatkan', serta masih banyak lagi.

Kegiatan Sakti sehari-hari sekarang adalah belajar agama dan berdakwah. Ia berganti haluan mengajak orang untuk semakin dekat kepada Allah SWT.

Berbeda dengan yang di alami oleh penyanyi Cat Stevens alias Yusuf islam yang terlahir dengan nama asli Stephen Demetre Georgiou.

Pada awal karier musiknya, Georgiou memakai nama Cat Stevens. Sebagai Cat Stevens, ia berhasil menjual 40 juta album, kebanyakan pada tahun 1960-an dan 1970-an.

Lagu-lagunya yang paling populer diantaranya "Morning Has Broken", "Peace Train", "Moonshadow", "Wild World", "Father and Son", "Matthew and Son", dan "Oh Very Young".

Stevens menjadi seorang mualaf dan memeluk agama Islam pada tahun 1978 setelah mengalami near-death experience. Ia lalu mengambil nama Yusuf Islam dan menjadi seorang pendakwah vokal agamanya yang baru.

Satu dasawarsa kemudian ada kontroversi ketika ia melontarkan pernyataan mendukung fatwa yang dikeluarkan menentang penulis Salman Rushdie. Pada 2004 namanya kembali dibicarakan setelah ia ditolak masuk Amerika Serikat karena namanya tercantum pada sebuah daftar tidak boleh terbang (no-fly list). Ternyata terjadi kekeliruan dan yang dicari adalah orang lain bernama Youssouf Islam.

Ia mendirikan yayasan kemanusiaan Small Kindness yang mulanya menolong korban kelaparan di Afrika dan sekarang membantu ribuan anak yatim serta keluarga di Balkan, Indonesia, dan Irak.

Apakah mereka menyesal meninggalkan gemerlapnya popularitas? Sama sekali tidak. Justru mereka merasa lebih jauh bahagia dengan kondisi sekarang. Mereka memilih dengan sadar. Kembali ke pangkuan Tuhan karena hidayah yang datang. Bukan karena citranya yang tercemar, kemudian buru-buru bertaubat.