Puisi-puisi Eko Triono

EKO TRIONO Lahir di Cilacap, 11 Juni 1989. Studi di Pend. Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Yogyakarta. Di samping menjuarai sejumlah lomba penulisan puisi, juga aktif di antologi bersama seperti, yang terbaru juara selekda DIY dan terbitnya Rasa Rumangsa Tanggap Sasmita: Antologi 6 Penyair Muda Cilacap (Disbudpar Cilacap, 2010) disamping antologi Sebuket Mawar Merah (Juxtaposse, 2009) Hari Ini Tak Ada Hujan Turun (As-Shaff, 2007) Sang Pengembara (Tebas Press, 2007), Negeri Bayang-bayang (Indeppenden Press, 2008). Bergiat di komunitas Kolom Senja dan Tebas.

MATA KECIL (1)

mata kecil tumbuh subur di jalan-jalan
mata anak-anak angin
yang telah menatap matamu
di balik jendela mobil dan kaca helm
“pelit.”
mata kecil bernanah di dekat lampu
menangisi hujan seharian
air matanya dalam debu
kau halau dengan masker
tapi mata kecil
telah menatap matamu
sampai ke meja makan siang
dalam mimpi dan menggelayut
di belakang kepala
2010

MATA KECIL (2)

bukan senja tapi topi saya bundar
di kaki baliho
di depan poster-poster seksi
bukan hujan tapi ricik tutup botol
dalam serak yang rimis
mengguruh hati
mencipta banjir sendiri
saat sepi adalah burung gagak
yang lapar
bukan engkau tapi dia
yang mematahkan belikat kiri
mencungkil mata
membiarkan hati kecil saja
yang bicara
menjelma gembala waktu
di kangkang kaki
menunggu apa
mau kita
2010

MATA KECIL (3)

adalah lampu merkuri dan liplop
di lingir tetoko saat dini hari
jadi perkara sunyi
merah hijau kuning ungu atau apa
gerlap untuk langit tanpa bulan
untuk mereka saja
biarkan mereka berebut nyala
toh bukan untuk kita
mari lelap saja di beranda
ini milik kita bila malam
bayangkan saja tentang cahaya bulan
2010

MATA KECIL (4)

ada dalam grafiti-grafiti tembok jembatan
rolingdoor toko dan gudang mesiu
sekelompok muralis mengabadikannya
dalam sepi yang berdenyut di bawah nadi
anjing-anjing bersekutu di tempat sampah
suara lenguh cinta ada di dinding timur
aroma got adalah sisa makan malam tuan
mata itu kini mulai menyala
dalam grafiti-grafiti yang telah selesai
kelompok itu pergi dan mata kecil berkedip
memanggil “ma…ma.” seperti bayi
pada perempuan tua pemulung putung rokok
dan sebentar lagi, sebelum perempuan itu
datang menyusi mata kecil
menembangkan caping gunung
orang-orang  bertopi dan berpeluit
akan datang meminta apa saja
menghapus apa saja
memasukan apa saja
sambil tertawa ha-ha-ha
2010

MATA KECIL (5)

mataku dan matamu yang tertinggal di kantung
belanjaan ibu-ibu di buang ketempat sampah
ih, jijik mata siapa ini?
lalu kita menjadi mata-mata yang senantiasa
menghantui mereka di balik gorden dan lampu
kamar mandi
di bawah meja makan, di dalam lemari pakaian
aku dan kamu senantiasa menjadi mata yang
memelas dan menangis
sambil sekali waktu mengancam
dalam kitab-kitab yang kita temukan
tergeletak dekat bifet ruang tamu
2010

MATA KECIL (6)

kadang sendirian
di tepi jalan
kadang ramai-ramai
kadang menangis
kadang meringis
tapi nangis
kadang kita beri
kadang kita maki
kadang kita biasa saja
dengan mereka
karena kita lupa punya mata
atau pura-pura
kadang
2010