Setiap pasangan pernah mengalami pertengkaran. Acapkali, perang mulut  tak bisa dikendalikan hanya dalam kamar dan terjadi di hadapan  anak-anak.
Penelitian menunjukkan konflik dan pertengkaran bisa  dipecahkan atau tidak bisa diselesaikan saat itu juga. Pada tahap  tertentu, pertengkaran penting untuk kesehatan hubungan.
Namun,  sebisa mungkin sebaiknya jangan bertengkar di depan anak. Hasil  penelitian banyak pakar psikologi menyebutkan, tidak satu pun anak di  dunia suka melihat orangtuanya bertengkar. Tak peduli berapa pun usia  anak, atau reaksinya saat pertengkaran terjadi.
Masalahnya, jika  sering melihat Anda dan pasangan bertengkar, anak bisa meragukan  kebahagiaan dan kedamaian yang dijanjikan sebuah ikatan perkawinan.  Kemungkinan terbesar, jika orangtua tidak menyadari hal ini, anak akan  mengalami trauma. Bisa jadi, setelah anak beranjak remaja dan dewasa,  dia akan malas atau takut menikah, sebab dalam pikirannya untuk apa  menikah kalau nantinya sering diisi pertengkaran.
Efek lain anak  sering menyaksikan orangtua bertengkar adalah si kecil bisa jadi  individu minder dan tidak percaya diri. Pasalnya, mendengar orangtua  yang disayanginya bertengkar sangat melukai hati si kecil. Dia pun kerap  kebingungan menempatkan posisi di mana harus berada, membela Ibu atau  Ayah? Perasaan dilematis inilah yang kemudian mengganggu pemikirannya.
Jadi,  jikapun terpaksa beradu mulut di depan anak-anak, usahakan untuk tetap  menjaga kesopanan tanpa kekerasan. Berikut beberapa tips apabila  pasangan harus bertengkar di hadapan anak-anak:
1. Jangan melibatkan kekerasan fisik
Pasangan  tidak boleh saling memukul atau melempar barang-barang. Jangan membuat  anak-anak Anda semakin takut dengan melakukan hal-hal yang melanggar  serta membanting pintu.
2. Jangan mengkritik pasangan Anda dengan generalisasi
Jangan  pernah mengkritik pasangan dengan sesuatu yang sangat umum seperti  "Kamu tidak pernah memikirkan orang lain selain dirimu sendiri,". Lebih  baik mengkritiknya tindakan spesifiknya seperti "Sangat menjengkelkan  saat kamu lupa mempersiapkan perlengkapan."
3. Anak-anak dapat merasakan perang dingin
Jangan berpikir anak-anak tidak dapat merasakan perang dingin orangtuanya yang bertengkar dan saling 'diam'.
4. Jangan meminta anak-anak memilih
Saat  bertengkar dengan pasangan, jangan membuat anak-anak bingung dengan  menyuruh melaporkan kelakuan pasangan atau memilih salah satu diantara  orangtuanya.
5. Lindungi anak-anak dari informasi tertentu
Jangan  mengungkapkan informasi selama pertengkaran mengenai keuangan,  kehidupan seks, kebiasaan Anda berdua, kekhawatiran memgenai pekerjaan  dan sebagainya. Mereka akan terpengaruh dan turut cemas
6. Bila terpaksa bertengkar di hadapan anak, sebaiknya selesaikan masalahnya
Terkadang  Anda dan pasangan tak dapat menghindari bertengkar di hadapan anak.  Cobalah untuk melakukannya hanya jika kalian berdua dapat menyelesaikan  masalah tersebut. Ini mengajarkan anak-anak bahwa bertengkar juga bisa  mendatangkan solusi.
Lebih penting lagi, selama bertengkar Anda  bisa memperlihatkan kasih sayang dan sesekali bercanda meski tidak  mudah. Bila dapat mengelola konflik dan pertengkaran dengan baik, akan  membawa pelajaran berharga bukan saja bagi kalian tetapi juga bagi  anak-anak.
